The Black Diary - Hari kedua kuliah



                Hari ini adalah hari kedua aku masuk kuliah di semester 5. Aku hanya ada kelas pada jam 9 pagi saja. Tetapi ternyata kelas kosong, dosen tidak datang. Lalu aku nongkrong di sekretariat sanggar, aku bertemu dengan teman”ku dan bermain game online android bersama mereka. Tak lama kemudian datang mahasiswi baru yang ikut nongkrong. Temanku menanyainya, apakah dia mengenalku? Dan temankupun menarikku untuk berkenalan dengan mahasiswi itu. Sebenarnya bukan apa-apa bagiku untuk berkenalan. Tetapi ada hal aneh yang kurasakan. Tanganku gemetar dan rasanya aku seperti orang yang linglung. Entah apa mahasiswi itu dan temanku mengetahuinya atau tidak. Bahkan aku tidak bisa konsentrasi saat itu, sehingga akupun menjadi tidak mendengar nama itu. Aku merasa tidak tahan dengan gangguan seperti ini. Ini sangat menghambatku.
                Setelah itu, aku mau mengambil laundryku. Aku harus memakai motor ayahku, sementara motor ayahku diparkir di parkiran karyawan . Disana ada satu orang pegawai kantor, dan satu penjaga parkir. Dan penjaga parkir itu menanyaiku, “Sudah kuliah atau belum?”. Tetapi, lagi-lagi aku gagal untuk berkonsentrasi sehingga aku kurang begitu jelas mendengarnya. Pada akhirnya kujawab, “Masih.”. Dan pegawai itu tertawa dan menanyai penjaga parki, “ Hei, tadi apa yang kau tanyakan? Sudah kuliah atau belum?”. Dan penjaga parkir itu menjawab, “ Iya.”. “Dia (aku) menjawab ‘masih’. HAHAHAHAHAH”. Setelah itu aku langsung pergi tanpa membalas perkataan dari pegawai itu.
                Saat aku di jalan, aku memikirkan kenapa aku seperti itu. Mengapa aku menjadi linglung dan tak berkonsentrasi? Apa penyebab aku seperti itu? Aku harus keluar dari kondisi seperti ini. Ini sangat merugikanku. Hal ini benar-benar menghambatku. Aku harus sembuh. Aku harus terbebas dari siksaan ini. Kupikir aku terlalu lama untuk membiarkan rasa takut didalam diriku, yang masuk kedalam pikiranku. Takut hantu? Tidak, bahkan aku pernah begadang sendirian di teras yang ada disebelah kebun yang begitu gelap. Aku takut kehilangan ‘dia’. Aku takut membuat dia marah, karena saat dia marah, emosinya membuat dia berani untuk melakukan sesuatu yang bisa mengancam keselamatannya. Sehingga dari rasa takutku ini yang memaksaku untuk berfikir keras. Sampai-sampai pikiranku ‘over heat’, dan pada akhirnya seakan-akan pikiranku kosong dan tidak bisa berfikir sesuatu yang jernih, rasional, dan berakal sehat.
                Bagaimana aku harus menaklukannya? Aku muak dengan gangguan ini. Aku tidak bisa kembali ke masa lalu dan menghindari apa yang sudah terjadi. Apa yang terjadi  kepadaku, sehingga aku bisa menghindari gangguan yang membuatku merasa cemas ini...

Comments

Popular Posts